Perasaan Seni.
Sajak Y.E. Tatengkeng.
Bagaikan banjir gulung-gemulung,
Bagaikan topan seruh-menderuh,
Demikian rasa,
datang semasa,
Mengalir,menimbun,mendesak,mengepung,
Memenuhi sukma,menawan tubuh,
Serasa manis sejuknya embun,
Selagu merdu dersiknya angin
Demikian rasa,
datang semasa,
Membisik,menjajak,aku berpantun
Mendayung jiwa ke tempat diingin.
Jika kau datang sekuat raksasa,
Atau kau menjelma secantik juita,
Kusedia hati,
Akan berbakti,
Dalam tubuh Kau berkuasa,
Dalam dada Kau bertakhta!
Kapal Kertas.
Sajak Ajamuddin.
(kapal kertas, kapal kertas
kulipat engkau dalam kehidupan
kapal kertas, kapal kertas
mengetas sunyiku berkepanjangan)
kapal kertas yang mengguris badai laut
adalah kapal cintaku
yang senantiasa berkayuh
ke arahku
kapal kertas yang tengah diburu gelombang
adalah kapal jiwa-ragaku
yang merindukan kekaramannya
di lautmu
kapal kertas
dirancau angin limbubu
deru yang bergema ke daratan kelam
hanya gema
hanya kelam
(kapal kertas, kapal kertas
kulipat engkau dalam kenangan
kapal kertas, kapal kertas
kulayarkan engkau dalam iman)
Menyusuri Lorong Waktu.
Sajak Yohanes Manhitu.
sengaja kududuki kursi yang sama,
menghadap ke meja yang sama pula
di bawah langit-langit yang sama
pada menit-menit yang kukira sama.
dalam ruang yang sama,tampak abadi,
pada masa yang tak tampak berbeda,
kau koyak tirai hatimu yang terluka
akibat sayatan dalam alam maya.
masih kuingat isakmu melintasi malam,
kertas-kertas kerdil jembatani isi benak.
kuhanya sanggup tawarkan cahaya redupku
yang kau balas dengan pelukan merdekamu.
Bukan Beta Bijak berperi.
Karya: Roestam Effendi.
Bukan beta bijak berperi,
pandai menggubah madahan syair;
Bukan beta budak Negri;
mesti menurut undangan mair.
Sarat saraf saya mungkiri,
untaian rangkaian seloka lama;
beta buang beta singkiri
sebab laguku menurut sukma
degap degupan di dalam kalbu
Lemah laun lagi dengungan
matnya digamat rasaian waktu.
Sering saya susah sesaat,
sebab madahan tidak nak datang.
Sering saya sulit menekat,
sebab terkurang lukisan memang.
Bukan beta bijak berlagu,
dapat melemah bingkaian pantun,
Bukan beta bernuat baru,
hanya mendengar bisikan alun.
Karya: Muhammad Yamin.
Berasatu kita teguh
Bercerai kita runtuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-berai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengajari bumi ayah dan ibu
Tanahku bercerai seberang menyeberang
Marapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai purnama terang-benderang
Di sanalah bangsaku gerangan menopang
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah Nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Dibawa Gelombang.
Karya: Sanusi Pane.
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah ke mana aku tak tahu.
Jauh di atas bintang kemilau,
Seperti sudah berabad-abad,
Dengan damai mereka meninjau,
Kehidupan bumi, yang kecil amat.
Aku bernyanyi dengan suara,
Seperti bisikan angin di daun,
Suaraku hilang dalam udara,
Dalam yang beralun-alun.
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam waktu,
Tidak berpawang, tidak berkawan,
Entah ke mana aku tak tahu.
Padamu Jua.
Karya: Amir Hamzah.
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku pada-Mu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana Engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati.
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas.
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik manarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....
Menunggu Bulan Datang.
Sajak Slamet Rahardjo Rais.
seberapa lama orang-orang menunggu
suatu kedatangan, sedemikian dahaga
kepada sebuah jamuan panen raya, rahasia
lalu atas kesaksian peristiwa
diturunkan hujan senyap beserta ribuan sayap
seluruh mata angin memberinya kekuatan
memasuki taman-taman di atasnya lukisan
sajadah yang meluas orang pun mabuk percintaan
diluaskan sajadah atas rebah ribuan taubatan
tak batas gemerlap, menjadi akar terus melebar
dan tak seruang-ruang terbuka
nyala terkumpulkan menjadi milik terang
terjadilah, wajah dan cahaya
lalu satu membasah air sembahyang
suara yang tertangkap setelah menyusupkan
terbang di antara bintang-bintang
dan bahkan tanda-tanda semesta
Sahabatku.
Sahabatku……….!Di dalam keremangan hidup ini,
aku berjalan mencari arti kehidupan
teringat aku padamu,
Sahabatku……….!
Engkau yang selalu membantu
di dalam mencari arti kehidupan yang sebenarnya
tapi kini
dirimu tla jauh………dan terlalu jauh untuk ku jangkau
Sahabatku……….!
kepergianmu dengan tiba-tiba
sangat ku sesali
mengapakah aku tak tahu ??
setelah aku tahu semuanya
engkau sudah tiada padaku lagi
Puisi untuk Ayah dan Ibu.
Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka
Perindahlah ucapanku di depan mereka
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkan hatiku untuk mereka.......
Rendahkanlah suaraku bagi mereka
Perindahlah ucapanku di depan mereka
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkan hatiku untuk mereka.......
Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya,
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang
besar atas kasih sayang yang mereka limpahkan padaku,
peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku.
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya,
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang
besar atas kasih sayang yang mereka limpahkan padaku,
peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku.
Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan kerana aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka kerana perbuatanku,
maka jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala
kebaikan mereka dengan perkenan-Mu ya Allah,
hanya Engkaulah yang berhak membalas
kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan kerana aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka kerana perbuatanku,
maka jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala
kebaikan mereka dengan perkenan-Mu ya Allah,
hanya Engkaulah yang berhak membalas
kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.
Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah aku
memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Kurnia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah aku
memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Kurnia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.
Amin Ya Rabbul Alamin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar